Mengatasi Depresi dan Putus Asa

 

Mengatasi Depresi dan Putus Asa

 

Ketika sedang dilanda cobaan hidup yang sangat berat, atau kegagalan yang bertubi-tubi... orang bisa mengalami depresi, putus asa, atau minimal stres yang dapat mengganggu fisik maupun psikis-nya. Lalu bagaimana agar kita tidak mengalami hal demikian?

1.      Selalu melihat ke bawah, dan sadari bahwa masih ada orang yang hidupnya jauh lebih sengsara dan menderita

Masih banyak orang yang mengalami peristiwa lebih buruk dan jauh lebih menyedihkan, namun mereka lebih tangguh dari kita. Jadi jangan berpikir bahwa kitalah yang paling apes, paling bernasib sial.  Yang menjadikan setiap orang itu ‘berbeda’ meski sama-sama ‘gagal’ adalah bagaimana cara merespon kegagalan tersebut. Respon kita itulah yang jauh lebih penting dari masalah atau ujian hidup yang sedang dihadapi.

2.      Berhenti mengeluh, meratapi nasib, apalagi menangisi takdir yang menimpa

Banyak orang yang ingin lari dari kenyataan karena merasa tidak berdaya dan tak tahu harus berbuat apa. Sebetulnya itu masalah mentalitas saja, karena sebenarnya kita masih punya akal yang dapat digunakan untuk berpikir, dan tubuh yang sehat untuk digunakan sebaik-baiknya. Dan satu lagi yang tak boleh dilupakan: kita masih punya Tuhan.

3.      Perluas pandangan dalam melihat masalah

Selalu ada hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kesalahan. Waktu yang telah berlalu memang tak mungkin bisa diputar kembali, namun dapat menjadi pelajaran tentang bagaimana dan apa yang akan kita perbuat selanjutnya. Apabila kita sudah gagal, masihkah memakai cara yang sama? Perluas pandangan dan lihat hal-hal (bahkan hal-hal ‘kecil’) yang dapat membantu dalam menemukan solusi ketimbang masih berkutat dengan cara atau kebiasaan lama.

4.      Bangkitkan kekuatan ‘sesungguhnya’ yang kita miliki

Sesungguhnya kita itu lebih kuat dari apa yang kita pikirkan selama ini. Masih banyak hal yang mampu kita lakukan atau kita perjuangkan, namun diri kita sendirilah yang ‘membatasinya’. Bahkan komitmen yang sudah dibuat, dilanggar sendiri. Catat baik-baik: Orang terkuat adalah orang yang bisa mengalahkan dan menguasai dirinya sendiri.

Kalau pernah berhasil melalui hal-hal buruk sebelumnya, maka kita seharusnya punya mindset yang positif bahwa kita pasti bisa melalui masa-masa sulit seperti sekarang. Setiap ujian akan menjadikan diri kita pribadi yang lebih kuat, dan semakin kuat.

5.      Belajar untuk lebih konsisten, lebih disiplin, memegang teguh komitmen, semakin ‘istiqomah’ dan ‘amanah’

Sesungguhnya kita itu lebih kuat dari apa yang kita pikirkan selama ini. Masih banyak hal yang mampu kita lakukan atau kita perjuangkan, namun diri kita sendirilah yang ‘membatasinya’. Bahkan komitmen yang sudah dibuat, dilanggar sendiri. Catat baik-baik: Orang terkuat adalah orang yang bisa mengalahkan dan menguasai dirinya sendiri.

6.    Selalu ada peluang dan harapan

Tak peduli berapa kalipun kita jatuh, kita wajib memiliki semangat juang yang tinggi dan tak kenal menyerah. Tanamkan hal ini dalam benak kita masing-masing, dan jadikan sebagai mindset yang melandasi semua gerak ikhtiar kita.

7.    Bersabarlah

Peluang untuk berhasil justru akan lebih besar apabila kita lebih sabar dan lebih tekun dalam mengerjakan suatu hal, makin mendekatkan kita dengan kesuksesan. Bersabarlah dalam mengarungi ujian kehidupan.  Jikalau lelah, beristirahatlah... bukan menyerah..! 

8.    Belajarlah berprasangka baik

Seringkali yang membuat kita merasa sedih, gelisah, gundah, ataupun galau itu bersumber dari pikiran kita sendiri. Kita mudah berpikir ataupun berprasangka buruk (suu’u dzhon), entah kepada orang-orang terdekat, ke sesama manusia, atau bahkan kepada Tuhan. Padahal apa yang kita pikirkan belum tentu benar. Bisa jadi itu asumsi kita sendiri, who knows..?

9.    Lepaskan saja..!

Melepaskan apa yang sudah kita miliki memang tidak mudah, apalagi jika sesuatu ataupun seseorang itu sangatlah berarti bagi kita. Tapi kalau kita pikirkan kembali, apakah sesuatu atau seseorang itu benar-benar milik kita? Padahal kita tahu persis bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan yang Maha-menciptakan dan Maha-memiliki segala sesuatu. Kita hanya ‘dititipi’ saja, karena pada akhirnya hal itu akan kembali lagi pada Sang Pemilik yang sesungguhnya (bahkan termasuk diri kita sendiri, akan kembali kepada-Nya).

Menangis meraung-raung sambil salto sekalipun takkan dapat mengembalikan apa yang sudah Dia ambil kembali. Pasrah saja, lepaskan, ikhlaskan..! 

 

(sumber: idntimes.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASALAH PENDIDIKAN NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG

Proses atau Hasil